MAKALAH
ASUHAN
KEPERAWATAN PERAWATAN DIRI
Diajukan Untuk Memeuhi Salah Satu
Tugas
Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa 1
Disusun
Oleh :
-Dadan
Suhendar
-Nita
Mulyana
-Atik
Suharti
-Yopan
Bagus G
-Yustika
Rusminanti
AKPER YPIB MAJALENGKA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatakan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Asuhan Keperawatan
Perawatan Diri “. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
mata kuliah Keperawatan Jiwa 1 program study D3 Keperawatan AKPER YPIB
Majalengka.
Selain itu, penyusun
menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan dan banyak kesalahan.
Oleh karena itu dimohon kritik dan sarannya.
Majalengka, Maret 2012
penyusun
DAFTAR
ISI
|
|
Hal
|
KATA
PENGANTAR
|
............................................................................................
|
i
|
DAFTAR
ISI
|
............................................................................................
|
ii
|
|
|
|
BAB 1 PENDAHULUAN
|
|
|
1.1 Latar Belakang
|
............................................................................................
|
1
|
1.2 Tujuan Penulis
|
............................................................................................
|
1
|
|
|
|
|
|
|
BABII
PEMBAHASAN
|
|
|
2.1 Pengertian
|
.............................................................................................
|
2
|
2.2 Jenis-jenis perawatan diri
|
.............................................................................................
|
2
|
2. 3 Etiologi
|
.............................................................................................
|
3
|
2. 4 Tanda
Dan Gejala
|
.............................................................................................
|
4
|
2.5 Mekanisme
Koping
|
.............................................................................................
|
4
|
2. 6 Rentang
Respon Kognitip
|
.............................................................................................
|
4
|
2.7 Pohon
Masalah
|
.............................................................................................
|
5
|
2.8 Asuhan Keperawatan
|
.............................................................................................
|
6
|
|
|
|
|
|
|
BAB III PENUTUP
|
|
|
3.1 Kesimpulan
|
.
............................................................................................
|
7
|
3.2 Saran
|
....
............................................................................................
|
7
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
|
....
............................................................................................
|
8
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perawatan diri adalah salah satu
kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Defisit perawatan diri
merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan
diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada
orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara
perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional
klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik
hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak
yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien.
Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.
Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.
1. 2 Tujuan
Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Keperawatan
Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu:
a. Mahasiswa
mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.
b. Mahasiswa
mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
c. Mahasiswa
mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
d. Mahasiswa
mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
e. Mahasiswa
mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat
mengimplementasikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1
Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu
kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,
klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005),
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
.
Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
.
2.2
Jenis-jenis Perawatan
Diri
1.
Kurang
perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2.
Kurang
perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3.
Kurang
perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang
perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79)
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79)
2.3
Etiologi
Menurut
Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :
1.
Kelelahan
fisik
2.
Penurunan
kesadaran
Menurut
Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor
predisposisi:
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan
realistis turun
Klien
dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor
presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi
deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body image
Gambaran
individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada
anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pada personal hygiene.
c. Status
sosial ekonomi
Personal
hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan
seseorang
Ada
kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g. Kondisi
fisik atau psikis
Pada
keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene :
1. Dampak fisik
1. Dampak fisik
Banyak
gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah
sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.
2.4 Tanda Dan Gejala
Menurut
Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1.
Fisik
a.
Badan bau,
pakaian kotor.
b. Rambut dan
kulit kotor.
c.
Kuku panjang
dan kotor.
d. Gigi kotor
disertai mulut bau.
e.
Penampilan
tidak rapi.
2.
Psikologis
a.
Malas, tidak
ada inisiatif.
b. Menarik
diri, isolasi diri.
c.
Merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3.
Sosial
a.
Interaksi
kurang.
b. Kegiatan
kurang
c.
Tidak mampu
berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan
tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri
2. 4
Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi
diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
2.5
Rentang Respon
Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan
keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
1.
Meningkatkan
kesadaran dan kepercayaan diri
a.
Bina
hubungan saling percaya.
b. Bicarakan
tentang pentingnya kebersihan.
c.
Kuatkan
kemampuan klien merawat diri.
2.
Membimbing
dan menolong klien merawat diri.
a.
Bantu klien
merawat diri
b. Ajarkan
ketrampilan secara bertahap
c.
Buatkan
jadwal kegiatan setiap hari
3.
Ciptakan
lingkungan yang mendukung
a. Sediakan
perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b.
Dekatkan
peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c.
Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar
mandi yang dekat dan
tertutup.
2.6 Pohon Masalah
Penurunan kemampuan dan motivasi
merawat diri
Isolasi social
Defisit perawatan diri : mandi, toileting,
makan, berhias.
2.7 Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
1. Identitas
klien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 Tahun
tinggal :
Status :
2. Riwayat
kesehatan
·
RKS
:lelah,badan bau,rambut kotor dan pemalas
·
RKD : apakah
pernah sebelumnya mengalami deficit perawatan diri,dan apa-apa
saja cara yang
digunakan untuk mengatasi masalah ini.
·
RKK : adakah
keluarga mengalami deficit perawatan diri sebelumnya.
3. Keluhan
utama
Penurunan kemampuan dan motivasi
merawat diri,Defisit perawatan diri dan Isolasi Sosial
B.Analisa Data
Data yang biasa ditemukan
dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data
subyektif
·
Klien mengatakan dirinya malas mandi
karena airnya dingin atau di RS
tidak
tersedia alat mandi.
·
Klien
mengatakan dirinya malas berdandan.
·
Klien
mengatakan ingin di suapi makan.
·
Klien
mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB.
·
Pasien
merasa lemah
·
Malas untuk
beraktivitas
·
Merasa
tidak berdaya.
2. Data obyektif
·
Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki, dan
berbau, serta kuku panjang dan kotor.
·
Ketidakmampuan
berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak
berdandan (wanita).
·
Ketidakmampuan
makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri
·
Ketidakmampuan
BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
·
Rambut
kotor, acak – acakan
·
Badan dan
pakaian kotor dan bau
·
Mulut dan
gigi bau.
·
Kulit kusam
dan kotor
·
Kuku panjang
dan tidak terawat
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut
Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit
perawatan diri yaitu:
1.
Penurunan
kemampuan dan motivasi merawat diri
2.
Defisit
perawatan diri.
3.
Isolasi
Sosial.
D.
Intervensi Keperawatan
Klien
dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus
Tujuan Khusus
Kriteria evaluasi
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Menerima kehadiran perawat
e. Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi :
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar
klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya
kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi
Klien
dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu
menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti
mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara
merawat diri.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda
kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e.Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan
bantuan perawat.
Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi
Klien
berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram
pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan
penampilan.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien
untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan
merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan
fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga
untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo,
pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan
diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi
Setelah
satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan
teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari,
penampilan bersih dan rapi.
Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri
secara mandiri.
Kriteria evaluasi
Klien
selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi
1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga
dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi
Keluarga selalu
mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga
menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan
keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang
telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang
telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi
stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang
lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien
dalam menjaga kebersihan diri
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang
dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.
E. Implementasi.
DX. a. Memberikan salam setiap berinteraksi.
b.
Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan.
c.
Menanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d.
Menunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e.
Menanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f.
Membuat kontrak interaksi yang jelas.
g.
Mendengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h.
Memenuhi kebutuhan dasar klien.
DX. a. Membina
hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
b. Bediskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
b. Bediskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang
arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c.
Mendorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d.
Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap
hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
e.
Membantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri.
f.
Memberi reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihandiri.
g. Mengingatkan klien untukmemelihara kebersihandiri seperti: mandi 2 kali pagi dan
g. Mengingatkan klien untukmemelihara kebersihandiri seperti: mandi 2 kali pagi dan
sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur),
keramas
dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
DX. a. Memotivasi
klien untuk mandi.
b.Memberi kesempatan untuk
mandi, beri kesempatan klien
untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c.
Menganjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d.
Mengkaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Berkolaborasi
dengan perawat
ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f.
Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti
odol,
sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
DX. Memonitor
klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci
rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
DX . 1. Memberi
reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
DX. a. Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab
kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.
b. Berdiskusikan
bersama
keluarga tentang tindakanyang
telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di
RS.
c. Menganjurkan
keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan
yang
telah dialami di RS.
d.Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga
kebersihan
diri klien.
e. Menganjurkan
keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan
diri.
f. Berdiskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan
diri
g. Berdiskusikan
dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan
pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
F. Evalusi
Setelah diberikan asuhan keperawatan terhadap klien, kebutuhan perawatan
diri klien terpenuhi
BAB
III
PENUTUP
3.1
kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya
3.1
Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi
penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan
berikutnya yang lebih baik
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes.
2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan
Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat.
B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat.
B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah,
Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Perry,
Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun
S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan.
Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart,
Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa,
Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.
Stuart,
GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto
dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend,
Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3.
Jakarta. EGC
0 komentar:
Posting Komentar